Faktor Sukses Penentuan Daerah Prospek
•Kemampuan
melihat
dan mengamati
suatu formasi
batuan dalam
konteks
yang berhubungan
dengan endapan
sumberdaya
alam non hayati
•Mengasumsikan
kemungkinan
lain yang berhubungan
dengan
resources
•Peka
akan perubahan
(anomali)
pada data
•Insting
geologi
yang kuat
Tahap Eksplorasi
Penyelidikan Umum
Survei tinjau
Prospeksi
Eksplorasi
Eksplorasi Umum
Eksplorasi Rinci
Penyelidikan Umum
Survey Tinjau
Tahap penyelidikan umum untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi
keterdapatan bahan galian pada skala regional, terutama berdasarkan hasil studi regional,
diantaranya pemetaan geologi, pemotretan udara dan metoda tidak langsung llainnya, dan
peninjauan lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi
dari data yang ada
Prospeksi
Tahap penyelidikan umum untuk membatasi daerah potensi endapan bahan galian dengan
kategori sumber daya tereka, yang menjadi tahap eksplorasi umum.
Eksplorasi
Eksplorasi Umum
Tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi,
berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran,
kuantitas dan kualitas, untuk mendapatkan sumber daya tertunjuk. Tingkat ketelitiannya
harus dapat digunakan dalam penentuan untuk dilakukkannya tahap eksplorasi rinci atau
tidak.
Eksplorasi Rinci
Kegiatan eksplorasi dengan mendelliniasi secara rinci dalam 3 dimensi terhadap endapan
bahan galian untuk dapat menentukan sumber daya terukur. Tahap ini dilakukan sebelum
dilakukan studi kelayakan tambang.
KAJIAN MENGENAI KEGIATAN EKSPLORASI INI MELIPUTI :
a. Kegiatan Prospeksi (Tahap Penyelidikan, pendataan Geologi Regional, dan stratigrafi)
b. Penyelidikan lapangan/ Kegiatan eksplorasi
c. Pengolahan data
a.Kegiatan Prospeksi
Tahap penyelidikan
Pada Tahapan Penyelidikan ini merupakan kajian langsung atas dasar data primer (data langsung dari
lapangan) maupun data sekunder (dari literatur yg membahas lokasi daerah penyelidikan) yg dilakukan
baik sebelum, selama maupun setelah dari lapangan.
Geologi Regional
Contoh daerah Studi yaitu pada daerah Geologi regional daerah penyelidikan dipengaruhi oleh sistem
penunjaman lempeng yang berada disebelah barat Pulau Sumatera, yaitu antara lempeng Eurasia yang relatif
diam dengan lempeng India-Australia yang bergerak kearah Utara hingga Timur Laut.
Secara langsung maupun tidak langsung efek penunjaman lempeng tersebut mempengaruhi keadaan batuan,
morfologi, tektonik dan struktur geologi didaerah penyelidikan dan sekitarnya yang berada di Cekungan
Sumatera Selatan (Gambar Penunjaman Lempeng sebelah Barat Sumatera ).
Berdasarkan konsep Tektonik Lempeng, kedudukan cekungan batubara tersier di Indonesia bagian
barat berkaitan dengan sistem busur kepulauan. Dalam sistem ini dikenal adanya cekungan busur belakang,
cekungan busur depan dan cekungan intermontana atau cekungan antar busur. Masing-masing cekungan ini
memiliki karakteristik endapan batubara yang berbeda satu sama lainnya.
Gambar Penunjaman Lempeng Sebelah Barat Sumatera
Yang Mempengaruhi Keadaan Geolgi Daerah Penyelidikan
Stratigrafi
Statigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan menurut para ahli terdahulu dibagi atas beberapa formasi dan satuan batuan tua sampai muda, yaitu :
Formasi Air Benakat : terdiri dari batu pasir, diendapakan secara selaras diatas Formasi Gumai pada kala Miosen Tengah-Miosen Akhir, dilingkungan Neritik sampai Laut Dangkal.
Formasi Muara Enim : terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung dan batubara. Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Air Benakat pada kala Miosen dilingkungan Paludal, Delta, dan bukan laut.
Formasi Kasai : terdiri dari batu pasir tufaan dan tufa, terletak selaras diatas Formasi Muara Enim, diendapkan dilingkungan darat pada kala Pliosen Akhir-Pliosen Awal.
Endapan Kuarter : terdiri dari hasil rombakan batuan yang lebih tua, berukuran berakal, kerikil, pasir, lanau dan lempung, diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Kasai.
b.KEGIATAN LAPANGAN ( EKSPLORASI)
a. PEMBUATAN SUMUR UJI ( TEST PIT )
b. PEMBUATAN PARIT UJI
c. PEMBORAN
Sumur Uji (Test Pit)
Sumur Uji (Test Pit) adalah salah satu usaha untuk memperoleh ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan
test pit ini adalah dengan membuat lubang penggalian (sumuran) secara vertikal dan memotong tegak lurus
strike atau searah dipping, berdimensi panjang x lebar = 1 m x 1 m, sedangkan kedalaman disesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan.
Parit Uji (Trenching)
Parit Uji (Trenching) adalah salah satu metoda lain untuk memperoleh ketebalan secara absolut. Teknis
pembuatan trenching ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan test pit yaitu dengan cara membuat paritan
sepanjang/searah dengan down dip singkapan batubara (secara horizontal), berdimensi lebar ± 50 cm
dengan kedalaman parit tergantung dari posisi kontak antara lapisan penutup (soil) dengan batubara,
sedangkan panjang paritan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
Pemboran
Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara spesifik mengenai penyebaran batubara baik ke
arah down strike maupun down dip dari masing-masing singkapan yang telah ditemukan. Hasil data
pemboran diharapkan dapat mengetahui mengenai bentukan batubara bawah permukaan (coal modellling
sub-surface) sehingga dapat diketahui sumberdaya (resources) batubara yang ada.
Proses pemboran dilakukan dengan 2 unit mesin bor jenis portable yang sangat populer yakni “Tone” dan
“Bell”. Dua cara pemboran yang dilakukan selama pelaksanaan program ini adalah pemboran putar (Rotary
Drilling) lubang terbuka (Open Hole Drilling) dan pemboran inti
pemboran dengan bor besar di lokasi
penyelidikan akan dilakukan pemboran dengan sistim Touch Coring (TC) dengan total kedalam 800 meter
dengan rincian 612,16 meter dilakukan dengan pemboran Open Hole dan 187,84 meter dengan pemboran
Coring.
c.PENGOLAHAN DATA
KEADAAN ENDAPAN
Lapisan batubara yang dijumpai di lapangan terdiri dari 4 lapisan (seam) yakni A1, A2, B1 dan B2. Secara
umum penyebaran batubara tersebut dari Barat ke Timur dengan kemiringan ke arah Selatan (24 - 410).
Dari keempat lapisan batubara (coal seam) yang terdapat dalam areal Studi, semua dianggap layak untuk
ditambang, karena semua lapisan tersebut menunjukkan ketebalan lebih dari 2 meter.
Batubara yang terdapat di daerah penyelidikan tergolong batubara muda (sub-bituminus atau lignite) dengan
kadar air yang tinggi (moisture content) yang tinggi, namun kadar abu dan belerang rendah,
SUMBERDAYA BATUBARA
Perhitungan sumberdaya batubara pada Blok Prospek dihitung dengan menggunakan ”Klasifikasi
Perhitungan Sumberdaya USGS tahun 1983” dengan metoda perhitungan seam by seam, sedangkan untuk
perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang menggunakan ”Metoda Penampang”.
Output perhitungan jumlah sumberdaya batubara dapat dibagi menjadi dua yaitu :
Total sumberdaya batubara (terukur, indikasi dan tereka).
Potensi CADANGAN BATUBARA yang dapat ditambang dengan cara tambang terbuka (open pit mining)
dengan kedalaman penambangan maksimum ± 110 meter.
PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUBARA
Perhitungan Sumberdaya Batubara pada Blok Prospek mengacu pada Klasifikasi USGS tahun 1983,
dimana kriterianya dibagi menjadi tiga yaitu :
Sumberdaya Tereka (Inferred), dimana daerah pengaruh mempunyai radius antara 1200 m – 4800 m dari titik singkapan batubara
Sumberdaya Terunjuk (Indicated), dimana daerah pengaruh mempunyai radius antara 400 m – 1200 m dari titik singkapan batubara.
Sumberdaya Terukur (Measured), dimana daerah pengaruh mempunyai radius 400 m dari titik singkapan batubara.
Parameter-parameter yang digunakan untuk memperoleh jumlah sumberdaya batubara ini adalah :
Panjang daerah pengaruh ke arah strike (m) = P
Lebar daerah pengaruh ke arah dip (m) = L
Tebal singkapan batubara (m) = T
Density batubara (1,3 ton/m3) = BJ
Luas penampang batubara (m2) = A
Sumberdaya (MT) = SD
Dari parameter-parameter tersebut maka dapat diketahui jumlah sumberdayanya dengan menggunakan
formula :
SD = P x L x T x BJ atau SD = A x T x BJ
Pada perhitungan perkiraan di atas sumberdaya pada Blok Prospek penyebaran batubara diasumsikan :
Volume tanah penutup (overburden) dan lapisan di antara lapisan batubara (interburden), serta volume
topografi belum turut diperhitungkan.
Penyebaran lapisan batubara dianggap ada di sepanjang radius daerah pengaruh tanpa ada faktor koreksi
topografi dan struktur geologi.
Lapisan batubara dianggap menerus dan ketebalannya dihitung dari nilai rata-rata dari data yang diperoleh
atau berdasarkan perhitungan geometri ke arah strike dan dip.
Density batubara adalah 1,3 ton/m3.
Kemiringan batubara dianggap konstan.
PERHITUNGAN POTENSI BATUBARA YANG DAPAT DITAMBANG
Untuk perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang metoda perhitungannya dapat di bagi menjadi 2 yaitu;
Untuk kondisi lapisan-lapisan batubara yang memiliki interburden yang sangat tebal perhitungannya menggunakan metoda single pit (perhitungan tiap lapisan dipisahkan antara satu lapisan dengan lapisan lain sampai pada kedalaman tambang maksimum).
Untuk kondisi lapisan-lapisan batubara yang memiliki interburden tidak tebal perhitungannya menggunakan metoda multiple pit (perhitungan antar lapisan di gabungkan sampai pada kedalaman tambang maksimum).
Dalam proses perhitungannya jumlah yang akan disajikan adalah berdasarkan masing-masing perhitungan pit.
Demikian posting saya kali ini mengenai eksplorasi batubara semoga bermanfaat..
salam damaiku....