Friends

like this yoo

Penjelasan mengenai magma dan lava

Magma dan Lava

Magma : material silikat pijar dibawah permukaan bumi, merupakan batu-batuan cair yang terletak di dalam kamar magma di bawah permukaan bumi.

Lava; magma yang terlempar ke udara membentuk Pyroclastic materials cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari dalam bumi melalui kawah gunung berapi atau melalui celah (patahan) yang kemudian membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam.

{Magma yang membeku
membentuk batuan beku
(
Igneous rocks)}

Tipe Magma (Monroe & Wicander, 1997)
Mafic magma  = 45 – 52 % SiO2
Intermediete magma  = 53 – 65% SiO2
Felsic Magma  =  > 65% SiO2
Viskositas Magma
resistensi magma untuk dapat mengalir
Mafic magma
Relatif mudah mengalir
dikontrol jaringan silika tetrahedron (SEDIKIT)
lava tipis
Felsic magma
Relatif mengalir perlahan
dikontrol jaringan silika tetrahedron (BANYAK)
lava tebal   

Lava : Pahoehoe and AA flows
Bagian bawah : pahoehoe flow, terbentuk dari aliran cepat, lava tipis



Permukaan Pahoehoe flow (P. Hawai)
ropy structures; tipis


Bagian atas : AA flowsangat kental (viscous), gerak perlahan, lava tebal



Permukaan Aa flow
Kumpulan angular blocks, aliran kental dan lebih tebal dari pahoehoe flow


Pendinginan Magma

Magma mendingin di bawah permukaan

Mengalami pendinginan dan kristalisasi membentuk tubuh batuan beku intrusif (intrusive 

igneous body) di dalam kerak bumi (earth’s crust)

Produk pendinginan membentuk batuan plutonik (Plutons)

Concordant plutons = memiliki batas yang paralel/selaras dengan lapisan batuan yang 

diintrusi (country rocks)

SILL, LACCOLITH

Discordant plutons = memiliki batas yang memotong lapisan batuan yang diintrusinya

DIKE

Magma mendingin di permukaan bumi melalui volcanic eruptions

Mengalami pendinginan dan kristalisasi membentuk extrusive rock body

Menghasilkan Pyroclastic materials

Produk

--Lava flows

--Aa flow

Pahoehoe flow

Hexagonal columnar joints (terbentuk karena kontraksi ketika pendinginan magma, sumbu 

panjang columnar joint tegak lurus dengan arah pendinginan magma)

Tephra


Volcanic bomb



Pendinginan dan Kristaslisasi


#Magma mendingin relatif perlahan (dibawah permukaan bumi)

Cukup waktu membentuk kristal yang sempurna

Ukuran kristal relatif kasar (besar)

Tekstur Kristalin (crystalline texture) 

#Magma mendingin relatif lebih cepat (dekat/di permukaan bumi)

Tidak cukup waktu membentuk kristal yang sempurna

Ukuran kristal relatif lebih halus (kecil)

Tekstur kristalin

#Magma mendingin relatif sangat cepat (di permukaan bumi)

Tidak sempat membentuk kristal

Membentuk kaca (glass)

Tekstur amorf (amorphous texture)


Mungkin sekian pembahasan saya kali ini semoga posting yang saya buat bermanfaat lebih ,,,

salam damauku


Mengenai Timah

Timah (Tin) adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Ada 2 macam timah yaitu Sn (stnnum) atau  timah putih dan Pb (timbal) atau timah hitam.
Timah putih (sn) adalah unsur kimia dengan simbol Sn (Latin : stannum) dan nomor atom 50, adalah logam golongan utama di kelompok 14 dari tabel periodik. Timah menunjukkan kemiripan kimia untuk kedua kelompok 14 elemen tetangga, germanium dan memimpin dan memiliki dua kemungkinan oksidasi, +2 dan sedikit lebih stabil 4. Timah adalah unsur paling melimpah ke-49 dan memiliki, dengan 10 isotop stabil, jumlah terbesar yang stabil isotop dalam tabel periodik. Tin diperoleh terutama dari mineral kasiterit , di mana itu terjadi sebagai timah dioksida.
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110°C dan 200°C. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau oksidator.

Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan timah sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat (termasuk pulau-pulau timah), dan di lepas pantai. Endapan timah sekunder berasal dari endapan timah primer yang mengalami pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air, dan akhirnya terkonsentrasi secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya. Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut oleh air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil.

Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (Sn02). Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit dan batuan samping.

Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari magma cair yang mengandung mineral kasiterit (Sn02). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah (Sn). Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu : pada batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya.
Disini saya akan lebih membahas tentang proses penambangan timah di pulau bangka belitung,

Tahap penambangan Timah
1. Tahap pengkajian / Eksplorasi
Tujuan tahap ini untuk mengetahui seberapa besar cadangan logam ini, beberapa komponennya meliputi pemetaan awal atau surveyo, sumur bor atau small bor berarti menggambil contoh logam dengan teknik bor tanah dan melakukan analisis di laboraturium. Sehingga pemetaanakhir geologis (geological map) sangat menentukan.
2. Tahap Operasional Tambang
Meliputi dua tahap yaitu penanmbagan lepas pantai dan darat. Untuk lepas pantai biasanya perusahaan mengoperasikan dengan armada kapal kruk, bucket(mangkuk) kapal keruk memiliki ukuran 7cuft sampai 20 cuft, digunakan pada kedalaman 15 sampai 50 meter dibawah permukaan laut, perbulannya kapal keruk ini mampu menggali lebih dari 3 setengah juta meter kubik material setiap bulan.
Sedang kan untuk Darat banyak dilakukan ditempat tertentu di kepulauan BangkaBelitung yang nantinya akan menghasilkan danau/kolong hasil dari penambangan tersebut
3. Tahap peningkatan kadar bijih logam atau pengolahan
Proses ini dilakukan untuk mendapatkan produk akhir berupa logam berkualitas dengan kadar pengotor rendah dan sn/pb tinggi
4. Tahap peleburan
Proses ini meleburkan bijihnya menjadi logam timah, dan harus dilakukan pemurnian terlebih dahulu dengan alat pemurnian crystallizer
5. Tahap distribusi pemasaran
Proses ini meliputi kegiatan penjualan atau penyaluran logam timah ke dalam atau luar negeri.
Didalam proses penambangan timah dikenal 2 jenis penambangan yang dikenal di Bangka Belitung.

a.       Penambangan Lepas Pantai
kapal keruk
 Penambangan Timah Lepas Pantai (laut lepas). Pada kegiatan penambangan lepas pantai, perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi di daerah lepas pantai (off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun.
kapal isap
Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa ke Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya selain bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan peleburan yaitu minimal 70-72% Sn.

b.   Penambangan Timah Darat - Gravel Pump

 Penambangan darat dilakukan di wilayah daratan pulau Bangka Belitung, tentunya system operasional yang digunakan tidaklah sama seperti pada wilayah lepas pantai. Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump).
(Proses penambangan di Darat )
Setiap kontraktor atau mitra usaha melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan dari cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja Sama.
Pada daerah tertentu, penambangan timah darat menghasilkan wilayah sungai besar yang disebut dengan kolong/danau. Kolong/danau itulah merupakan inti utama cara kerja penambangan darat, karena pola kerja penambangan darat sangat tergantung pada pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dalam jumlah besar. Sehingga bila kita lihat dari udara, penambangan timah darat selalu menimbulkan genangan ari dalam jumlah besar seperti danau dan tampak berlobang-lobang besar.
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan (KP) perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra usaha dibawah kendali perusahaan. Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar berkapasitas 100 m3/jam. Produksi penambangan timah menghasilkan bijih pasir timah dengan kadar tertentu.

Kegunaan Timah
Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah ditemukan. Masalah lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi kegunaan timah. Hasil dari riset yang sedang dilakukan di Internatioanal Tin Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai industri, banyak pasar baru untuk timah sedang dikembangkan.
• Timah dalam kimia
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan sangat kuat untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan tanpa belerang yang digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu diantara yang lainnya). Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada kawat dan kabel tembaga dan pembuatan bentuk-bentuk timah tempa.

sekian pembahasan saya mengenai logam timah , salam damaiku

sumber:
http://www.anneahira.com/timah.htm
http://dananglistiyanto.wordpress.com/2013/01/24/metode-pengolahan-timah/


EKSPLORASI BATUBARA



Tujuan Eksplorasi Batubara adalah : Untuk menginventarisir serta melokalisir data endapan
batubara yang ada di daerah studi yang guna mencari lokasi-lokasi singkapan batubara dan
melaporkan daerah prospeksi hasil temuan di lapangan. 
Apabila data-data yang didapat  sangat mendukung, maka diharapkan daerah studi tersebut
dapat dikembangkan ketingkat selanjutnya dengan membuat program studi kelayakan. 


Kegiatan eksplorasi akan berjalan dengan baik bila ada :
p Demand
p Resources
Faktor Sukses Penentuan Daerah Prospek
Kemampuan melihat dan mengamati suatu formasi batuan dalam konteks yang berhubungan
dengan endapan sumberdaya alam non hayati 
Mengasumsikan kemungkinan lain yang berhubungan dengan resources
Peka akan perubahan (anomali) pada data
Insting geologi yang kuat

Tahap Eksplorasi

Penyelidikan Umum
 Survei tinjau
 Prospeksi
Eksplorasi
 Eksplorasi Umum
 Eksplorasi Rinci

Penyelidikan Umum
Survey Tinjau
Tahap penyelidikan umum untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi
keterdapatan bahan galian pada skala regional, terutama berdasarkan hasil studi regional,
diantaranya pemetaan geologi, pemotretan udara dan metoda tidak langsung llainnya, dan
peninjauan lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi
dari data yang ada

Prospeksi
Tahap penyelidikan umum untuk membatasi daerah potensi endapan bahan galian dengan
kategori sumber daya tereka, yang menjadi tahap eksplorasi umum.

Eksplorasi
Eksplorasi Umum
Tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi,
berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran,
kuantitas dan kualitas, untuk mendapatkan sumber daya tertunjuk. Tingkat ketelitiannya
harus dapat digunakan dalam penentuan untuk dilakukkannya tahap eksplorasi rinci atau
tidak.

Eksplorasi Rinci
Kegiatan eksplorasi dengan mendelliniasi secara rinci dalam 3 dimensi terhadap endapan
bahan galian untuk dapat menentukan sumber daya terukur. Tahap ini dilakukan sebelum
dilakukan studi kelayakan tambang.

KAJIAN MENGENAI KEGIATAN EKSPLORASI INI MELIPUTI : 
a. Kegiatan Prospeksi (Tahap Penyelidikan, pendataan Geologi Regional, dan stratigrafi)
b. Penyelidikan lapangan/ Kegiatan eksplorasi 
c. Pengolahan data

a.Kegiatan Prospeksi
Tahap penyelidikan
Pada Tahapan Penyelidikan ini merupakan kajian langsung atas dasar data primer (data langsung dari
lapangan) maupun data sekunder (dari literatur yg membahas lokasi daerah penyelidikan) yg dilakukan
baik sebelum, selama maupun setelah dari lapangan. 

Geologi Regional
         Contoh daerah Studi yaitu pada daerah Geologi regional daerah penyelidikan dipengaruhi oleh sistem
penunjaman lempeng yang berada disebelah barat Pulau Sumatera, yaitu antara lempeng Eurasia yang relatif
diam dengan lempeng India-Australia yang bergerak kearah Utara hingga Timur Laut. 
Secara langsung maupun tidak langsung efek penunjaman lempeng tersebut mempengaruhi keadaan batuan,
morfologi, tektonik dan struktur geologi didaerah penyelidikan dan sekitarnya yang berada di Cekungan
Sumatera Selatan (Gambar  Penunjaman Lempeng sebelah Barat Sumatera ).
           Berdasarkan konsep Tektonik Lempeng, kedudukan cekungan batubara tersier di Indonesia bagian
barat berkaitan dengan sistem busur kepulauan. Dalam sistem ini dikenal adanya cekungan busur belakang,
cekungan busur depan dan cekungan intermontana atau cekungan antar busur. Masing-masing cekungan ini
memiliki karakteristik endapan batubara yang berbeda satu sama lainnya.

Gambar  Penunjaman Lempeng Sebelah Barat Sumatera
Yang Mempengaruhi Keadaan Geolgi Daerah Penyelidikan

Stratigrafi
Statigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan menurut para ahli terdahulu dibagi atas beberapa formasi dan satuan batuan tua sampai muda, yaitu :
Formasi Air Benakat : terdiri dari batu pasir, diendapakan secara selaras diatas Formasi Gumai pada kala Miosen Tengah-Miosen Akhir, dilingkungan Neritik sampai Laut Dangkal.
Formasi Muara Enim : terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung dan batubara. Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Air Benakat pada kala Miosen dilingkungan Paludal, Delta, dan bukan laut.
Formasi Kasai : terdiri dari batu pasir tufaan dan tufa, terletak selaras diatas Formasi Muara Enim, diendapkan dilingkungan darat pada kala Pliosen Akhir-Pliosen Awal.
Endapan Kuarter : terdiri dari hasil rombakan batuan yang lebih tua, berukuran berakal, kerikil, pasir, lanau dan lempung, diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Kasai.


b.KEGIATAN LAPANGAN ( EKSPLORASI)
a. PEMBUATAN  SUMUR  UJI   ( TEST PIT )
b. PEMBUATAN PARIT UJI
c. PEMBORAN

        Sumur Uji (Test Pit)
Sumur Uji (Test Pit) adalah salah satu usaha untuk memperoleh ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan
test pit ini adalah dengan membuat lubang penggalian (sumuran) secara vertikal dan memotong tegak lurus
strike atau searah dipping, berdimensi panjang x lebar = 1 m x 1 m, sedangkan kedalaman disesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan.  


Parit Uji (Trenching)
Parit Uji (Trenching) adalah salah satu metoda lain untuk memperoleh ketebalan secara absolut. Teknis
pembuatan trenching ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan test pit yaitu dengan cara membuat paritan
sepanjang/searah dengan down dip singkapan batubara (secara horizontal), berdimensi lebar ± 50 cm
dengan kedalaman parit tergantung dari posisi kontak antara lapisan penutup (soil) dengan batubara,
sedangkan panjang paritan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.




Pemboran
Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara spesifik mengenai penyebaran batubara baik ke
arah down strike maupun down dip dari masing-masing singkapan yang telah ditemukan. Hasil data
pemboran diharapkan dapat mengetahui mengenai bentukan batubara bawah permukaan (coal modellling
sub-surface) sehingga dapat diketahui sumberdaya (resources) batubara yang ada.  



Proses pemboran dilakukan dengan 2 unit mesin bor jenis portable yang sangat populer yakni “Tone” dan
“Bell”. Dua cara pemboran yang dilakukan selama pelaksanaan program ini adalah pemboran putar (Rotary
Drilling) lubang terbuka (Open Hole Drilling) dan pemboran inti pemboran dengan bor besar di lokasi
penyelidikan akan dilakukan pemboran dengan sistim Touch Coring (TC) dengan total kedalam 800 meter
dengan rincian 612,16 meter dilakukan dengan pemboran Open Hole dan 187,84 meter dengan pemboran
Coring.

c.PENGOLAHAN DATA
KEADAAN  ENDAPAN
Lapisan batubara yang dijumpai di lapangan terdiri dari 4 lapisan (seam) yakni A1, A2, B1 dan B2. Secara
umum penyebaran batubara tersebut dari Barat ke Timur dengan kemiringan ke arah Selatan (24 - 410).
Dari keempat lapisan batubara (coal seam) yang terdapat dalam areal Studi, semua dianggap layak untuk
ditambang, karena semua lapisan tersebut menunjukkan ketebalan lebih dari 2 meter.
Batubara yang terdapat di daerah penyelidikan tergolong batubara muda (sub-bituminus atau lignite) dengan
kadar air yang tinggi (moisture content) yang tinggi, namun kadar abu dan belerang rendah,

SUMBERDAYA BATUBARA
Perhitungan sumberdaya batubara pada Blok Prospek dihitung dengan menggunakan ”Klasifikasi
Perhitungan Sumberdaya USGS tahun 1983” dengan metoda perhitungan seam by seam, sedangkan untuk
perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang menggunakan ”Metoda Penampang”.

Output perhitungan jumlah sumberdaya batubara dapat dibagi menjadi  dua yaitu :
Total sumberdaya batubara (terukur, indikasi dan tereka).
Potensi CADANGAN BATUBARA yang dapat ditambang dengan cara tambang terbuka (open pit mining)
dengan kedalaman penambangan maksimum  ±  110 meter.

 PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUBARA
Perhitungan Sumberdaya Batubara pada Blok Prospek mengacu pada Klasifikasi USGS tahun 1983,
dimana kriterianya dibagi menjadi tiga yaitu :
Sumberdaya Tereka (Inferred), dimana daerah pengaruh mempunyai radius antara 1200 m – 4800 m dari titik singkapan batubara
Sumberdaya Terunjuk (Indicated), dimana daerah pengaruh mempunyai radius antara 400 m – 1200 m dari titik singkapan batubara.
Sumberdaya Terukur (Measured), dimana daerah pengaruh mempunyai radius 400 m dari titik singkapan batubara.

Parameter-parameter yang digunakan untuk memperoleh jumlah sumberdaya batubara ini adalah :
Panjang daerah pengaruh ke arah strike (m) = P
Lebar daerah pengaruh ke arah dip (m) = L
Tebal singkapan batubara (m) = T
Density batubara (1,3 ton/m3) = BJ
Luas penampang batubara (m2) = A
Sumberdaya (MT) = SD

Dari parameter-parameter tersebut maka dapat diketahui jumlah sumberdayanya dengan menggunakan
formula :
SD = P x L x T x BJ atau SD = A x T x BJ

Pada perhitungan perkiraan di atas sumberdaya pada Blok Prospek penyebaran batubara diasumsikan :
Volume tanah penutup (overburden) dan lapisan di antara lapisan batubara (interburden), serta volume
topografi belum turut diperhitungkan.
Penyebaran lapisan batubara dianggap ada di sepanjang radius daerah pengaruh tanpa ada faktor koreksi
topografi dan struktur geologi.
Lapisan batubara dianggap menerus dan ketebalannya dihitung dari nilai rata-rata dari data yang diperoleh
atau berdasarkan perhitungan geometri ke arah strike dan dip.
Density batubara adalah 1,3 ton/m3.
Kemiringan batubara dianggap konstan.

PERHITUNGAN POTENSI BATUBARA YANG DAPAT DITAMBANG

Untuk perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang metoda perhitungannya dapat di bagi menjadi 2 yaitu;
Untuk kondisi lapisan-lapisan batubara yang memiliki interburden yang sangat tebal perhitungannya menggunakan metoda single pit (perhitungan tiap lapisan dipisahkan antara satu lapisan dengan lapisan lain sampai pada kedalaman tambang maksimum).
Untuk kondisi lapisan-lapisan batubara yang memiliki interburden tidak tebal perhitungannya menggunakan metoda multiple pit (perhitungan antar lapisan di gabungkan sampai pada kedalaman tambang maksimum).

Dalam proses perhitungannya jumlah yang akan disajikan adalah berdasarkan masing-masing perhitungan pit.

   
 
Demikian posting saya kali ini mengenai eksplorasi batubara semoga bermanfaat..
salam damaiku....
















Tektonik & Geologi Struktur

Beda batas kajian Tektonik dan Geologi Struktur
Geologi struktur dan tektonik :
Keduanya sama mengkaji deformation of earth’s crust and lithosphere;
Geologi struktur biasanya terkait dengan struktur pada skala regional dan mikroskopik (misal, individual structures or structural systems);
Tektonik terkait dengan skala yang regional dan global (misal, orogenic system, development of sedimentary basins, metamorphism, dan igneous activities yang terkait dengan deformasi batuan. dll.).
Tektonik memperhatikan absolute geologic time selama struktur terbentuk, sedangkan studi geologi struktur hanya tahapan relatif dari deformasi.

Orogen : the process of mountain formation 
Jalur Orogenik (Orogenic Belts)
Jalur orogenik atau Orogen merupakan jalur tempat terjadinya konsentrasi deformasi mekanik atau aktifitas termal. Jalur ini merupakan rangkaian struktur regional utama, yang mencerminkan distorsi secara sistematik dari kerak bumi dimana struktur tersebut ditemukan.
Jalur orogen merupakan produk dari pergerakan lempeng lithosfer, yang terbentuk sepanjang tepian lempeng (plate margins) atau dekat dengan batas lempeng (plate boundaries). Ekspresi fisiografik dari orogen adalah Rangkaian Pegunungan (Mountain belts/systems).

Interior Bumi
A. Kerak (crust)- lapisan terluar tipis secara relatif 1. Kerak samudra (oceanic crust) - lapisan tipis dengan tebal hanya beberapa km; komposisi vulkanik/basalt.
2. Kerak benua (continental crust)- lebih tebal dengan ~10 km tebal; komposisi granitik/plutonik/sedimen
B. Mantel (mantle) – lapisan berbatu yang terletak dibawah kerak dan punya ketebalan ~ 2885 km
1. Mantle- dense (padat), iron-magnesium silicate rocks
2. "Moho“ – sering disebut Mohorovicic discontinuity atau Moho-seismic discontinuity  dimana  kecepatan gelombang gempabumi meningkat tiba-tiba dibawah 50 km. Ini dikenal sebagai batas antara kerak dan “upper mantle”
3. Astenosfer (Asthenosphere) – zona lunak/lembek dari batuan lelehan secara parsial Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80 km. Kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovicic Discontinuity. Kerak bumi dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak bumi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
·         Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan berat jenis rata-rata 3 g/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt.
·         Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya di sebut sial (asam). Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie 1982) rata-rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 g/cc. kerak benua biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan yang berkomposisi granit.
Perbedaan Basalt dan Granit
Salah satu faktor utama yang membedakan antara bermacam – macam batuan beku dan juga antara berbagai macam magma asal ialah kandungan silika (SiO2). Magma pembentuk batuan beku basaltik mengandung kira – kira 50% silika. Batuan Beku Granitik mengandung sekitang 70% silika, sedang batuan beku menengah mengandung sekitar 60% silika. Maka dapat dikatakan bahwa Viskositas dangan berhubungan dengan kandungan silikanya,
Hal ini dikarenakan molekul – molekul silika terangkai dalam bentuk rantai yang panjang. Walaupun belum mengalami kristalisasi. Akibatnya Lava basaltik mengandung silika yang rendah, maka lava basaltik cenderung bersifat encer dan mudah mengalir. Sedangkan lava granitik relatif sangat kental dan sulit mengalir walaupun pada temperatur tinggi.
 Kerak benua cenderung lebih ringan (kurang padat) daripada kerak samudra. Kerak samudra lebih muda usia geologinya dibandingkan dengan kerak benua.

 DISKONTINUITAS MOHOROVICIC
Maksudnya adalah Batas antara kerak bumi dan mantel bumi.
Dalam ilmu geologi, istilah diskontinuitas digunakan untuk menunjukkan lapisan imajiner yang menjadi batas perubahan cepat rambat gelombang seismik. Pada kerak samudra, lapisan ini berada pada kedalaman 8 km, sedangkan pada kerak benua pada kedalaman 32 km, Pada diskontinuitas ini gelombang seismik berakselerasi. Lapisan imajiner inilah yang disebut dengan Diskontinuitas mohorovivic, atau lebih sederhana lagi disebut dengan Moho.
Diskontinuitas mohorovivic ditemukan pada tahun 1909 oleh Andrija Mohorovicic, seorang ahli kegempaan dari kroasia. Dia menemukan bahwa cepat rambat gelombang seismik bergantung pada densitas material yang dilaluinya. Dia mengintrepretasikan terjadi perubahan keepatan dari gelombang seismic seiring dengan perubahan komposisi material pembentuk bumi. Perubahan kecepatan tersebut tentu disebabkan oleh hadirnya material dengan densitas yang lebih tinggi pada kedalaman perut bumi. Semakin tinggi densitas suatu material, semakin cepat pula gelombang seismik merambat melaluinya.
C. Litosfer (lithosphere)- bagian padatan terluar bumi yang meliputi “upper mantle” dan kerak yang berada diatas astenosfer
D. Inti terluar (outer core) - 2270 km tebal; ciri berupa “mobile liquid”
Cairan (Liquid), kaya besi (iron-rich), 
E. Inti terdalam - inner core- 1216 km tebal, bola metalik padat (solid metallic sphere)
Inti (Core)- pemikiran tentang komposisi yang dikandung (besi dan nikel) adalah sangat spekulatif; didasarkan kajian
Meteorit (meteorites) secara spekulatif menggambarkan komposisi interior bumi.

Review of The Earth’s Layers
Tektonik
1. Teori tektonik lempeng (The theory of plate tectonics) merupakan perkembangan terakhir dari ilmu-ilmu geologi (geological sciences), yang mulai diterima komunitas ilmiah sejak awal 1960-an.
2. Mula-mula, paradigma geologi didominasi oleh pandangan yang meyakini bahwa cekungan laut (ocean basins) dan massa daratan benua (continental land masses) adalah permanen dan tetap pada permukaan bumi.
3. Teori tektonik lempeng saat ini mengenali bahwa posisi massa daratan adalah tidak tetap, namun bergerak pada permukaan bumi sepanjang sejarah geologi

Cekungan laut/kerak samudra terbentuk dan terubah secara terus menerus melalui proses-proses tektonik

Terminologi Tektonik
1. "Tectonics" = tektonik : istilah yang menunjuk pada deformasi kerak bumi
2.  "Plate" = lempeng : menunjuk pada pembagian dari kerak bumi dan litosfer (lithosphere) menjadi sejumlah blok yang padu secara tektonik (tectonically coherent blocks) 
3.  "Plate Tectonics" = tektonik lempeng : menunjuk pada pembentukan dan migrasi dari lempeng-lempeng litosferik ini.
Problem :  rentang waktu dari gerak lempeng (plate motion)  pada tingkatan 10 – 100 juta tahun
Teori disimpulkan dari bukti-bukti yang terekam pada batuan-walaupun seringkali sukar untuk diinterpretasi dan kadangkala tidak meyakinkan (inconclusive).
Tektonik lempeng


INTERAKSI LEMPENG

Prespektif Sejarah Geologi Struktur : 

Berkembang pada bidang pertambangan dan kerja teknik geologi pada abad ke-19. Geologists menggunakan fault geometry dan throws untuk memprediksi dimana lokasi endapan ekonomi (economic deposits), seperti coal beds dan gold-bearing veins. Juga konstruksi jalan di Alps pada abad ke-19 memakai structural geology untuk memprediksi lokasi dari competent beds.
Sebelum tahun 1970, geologists melihat faults dan folds sebagai sesuatu yang dikaji secara terpisah. Namun, sejak 1970 konsep sistem sesar (fault systems) dan hubungan sesar-lipatan (fault-fold relationships). Canadian petroleum geologists menerapkan konsep sistem sesar untuk membuat balanced cross sections pada eksplorasi minyak dan studi tektonik. 



Sekian pembahasan saya kali ini semoga bermanfaat ,,

untuk lebih jelasnya silahkan download slidenya disini

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More